Sabtu, 12 Oktober 2019

CERITA RAKYAT BLITAR: SESAJEN DALAM TRADISI PERNIKAHAN


Minggu, 13 Oktober 2019
SASTRA DAERAH



https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTdlpq1AIy9LRY7C5g1WIXNQUjmM-3nojOY1j6hhKtCIejS_Hcb
Sesajen atau juga disebut sesaji/sajen adalah tradisi yang masih menjadi perdebatan. Hal ini bukan karena adanya anggapan kuno dan aneh tetapi sesajen memiliki makna dan nilai yang sakral. Ritual ini diwariskan sejak zaman Hindu dan Budha , masyarakat Jawa masih memegang teguh nilai-nilai tradisi atau biasanya dikenal dengan Kedjawen.
Di daerah Blitar Upacara pernikahan tidak akan lengkap tanpa adanya sesajen, dikarenakan hal ini sudah menjadi kebiasaan dari masyarakat Blitar khususnya. Dalam Kedjawen, sesajen diartikan sebagai bentuk hormat dan kesopanan kita kepada arwah leluhur serta kekuatan gaib yang ada dalam upacara  pernikahan. Oleh karena itu masih banyak orang yang menganggap bahwa tradisi ini sirik dan dipandang mistik, namun seiring dengan adanya pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat, maka sesajen beralih fungsi sebagai salah satu simbolisasi dan tradisi nenek moyang yang disediakan dengan tujuan yang mulia.
Dalam pernikahan Jawa khususnya di Blitar sesajen dipersembahkan pada waktu-waktu ritual tertentu, seperti Midodareni, Siraman, dan seterusnya. Meskipun zaman sudah semakin berkembang, namun kebiasaan untuk tetap mempertahankan tradisi masih tetap dipegang kuat. Setiap sesajen memiliki makna sendiri-sendiri bahkan cara pembuatan dan penyajiannya pun berbeda-beda. Kekayaan makna dalam sesajen ini menggambarkan roda kehidupan manusia dari lahir hingga kematian.

v Ada 4 jenis sesajen sebelum melaksanakan hajatan pernikahan sebagai berikut:
1.SAJEN PATENAN
Sajen petenan biasajuga disebut dengan sajen kobongan yang diletakkan dikamar tengah. Isi dari sajen ini antara lain: dauyn keluwih, daun ilalang, dadap srep, kluwak, kara, biji kemiri,yang gepak jendul, benda, kisi, cermin sisir, minyak dari bunga melati, kenanga dan kantil, jambe dan tangkainya, kembang boreh, minyak sunthi langit, jadah bakar, pindang antep, kalak/ ikan bakar yang ditusuk tanpa bumbu, beras satu kati, tikar yang baru, kendi, damar, cuplak, jajanan pasar, ayam yang masih hidup,  pisang ayu, kemenyan, macam-macam bubur, uang logam yang jumlahnya bisa disesuaikan dengan kemauan, dll.
2.SAJEN PEDARINGAN
Jenis sajen  ini hamper sama dengan sajen patenan, hanya saja ada perbedaan sedikit yaitu tidak terdapat kalak dan pindang antep.
3.SAJEN PENDHEMAN
Dinamakan pendheman karena sajen ini di timbun didalam tanah tepat di pintu utama di muka dapur dan perempatan jalan. Sajen  ini bertujuan untuk menolak hal-hal jahat seperti guna-guna/tenung. Empluk atau wadah sesajen ini berisi ikan asin, kacang hijau, kedelai, telur ayam kampong mentah, biji kemiri, gantal, gulungan daun sirih, minyak dan air yang dicampur dengan persentase pencampurannya masing-masing setengah botol.
4.SAJEN BUWANGAN
Sajen ini adalah sesajen yang dibuang, adapun isi sesajen ini adalah ikan asin, kacang hijau, kedelai, telur ayam kampong mentah, biji kemiri, gantal, gulungan daun sirih, minyak dan air yang dicampur dengan persentase pencampurannya masing-masing setengah botol, kembang boreh, macam-macam bubur, gecko mentah, semuanya diletakkan di patenan, tempat tidur, sebelah timur atau barat gedung, rumah, pintu, sumur, tempat gamelan, perempatan jalan,sungai dan pintu halaman.

v Beberapa jenis sesajen yang dipersembahkan saat ritual upacara pernikahan sebagai berikut:
1.SAJEN PASANG TARUB
Biasanya sesajen ini disiapkan sebelum pemasangan tarub dan bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa, pemasangan tarub merupakan simbolis yang dilakukan oleh ayah calon mempelai wanita. Seusai acara memasang tarub dilanjutkan dengan upacara memasang Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang diletakkkan di gerbang utama rumah atau dekat tempat siraman. Tuwuhan terdiri dari setandan pisang yang matang dipohon, sebatang pohon tebu hitam,cengkir gadhing (tandan dan buah kelapa gading), ranting dan daun pohon beringin, seikat padi, dan berbagai jenis daun-daunan.
Sajen untuk upacara tarub meliput: nasi putih,ayam panggang, dua ekor burung dara, sayur bayam dan jagung, dan jajanan pasar dalam satu nampan.
2.SAJEN SIRAMAN

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTpqDAMY3c6mGjH43pw3kaQdfPDtmE5aJDuiroXr80NEWU-hI4x
Siraman ini dilakukan dengan maksud untuk menyucikan diri, siraman akan dilakukan oleh sesepuh dari keluarga calon mempelai dengan memandikan pengantin menggunakan air kembang tujuh rupa. Dalam siraman ini juga ada beberapa sesajen seperti: ayam panggang bumbu bawang, ketumbar dan garam, dua buah kelapa yang baru tumbuh dan jajanan pasar.
Dalam sajen siraman orang yang mempunyai hajat juga menyediakan Tumpeng Robyong, yang terdiri dari tumpeng nasi putih dengan bagian puncaknya ditutupi contong yang terbuat dari daun pisang dan ditancapkantelur rebus dan lauk-pauk lainnya. Selain itu disertakan juga sayur-sayuran mentah dan bunga kenanga yang ditata secara acak, agar terlihat meriah atau Robyong. Tumpeng ini diletakkan pada bakul atau tampah, yang memiliki makna agar acara dihadiri banyak tamu.
3.SAJEN UPACARA NGERIK

https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2019/08/hipwee-ngerik.jpg
Upacara Ngerik dimaksudkan sebagai simbolisasi membuang hal-hal yang kotor dari mempelai wanita dengan cara membersihkan rambut-rambut halus yang tumbuh dibagian kening dan tengkuk. Selanjutnya upacara ngerik dilanjutkan dengan memberikan pola paes pada dahi pengantin wanita. Sesajen untuk upacara ngerik ini meliputi: jajanan pasar, satu sisir pisang raja dan satu sisir pisang pulut, jenang/bubur, seekor ayam jantan yang masih hidup, bumbu dapur, padi-padian dan kacang-kacangan, empon-empon, kendi kecil, cempluk, lentera kecil yang dinyalakan, kinang, kembang boreh, sisir, kaca, kapas, tumpeng kecil dan urap,dan bangun tulak/sindur kecil warna biru di tengahnya putih.
4. SAJEN WILUJENGAN/RASULAN
Biasanya wilujengan akan dilakukan pada sore hari dengan menggelar acara pengajian atau shalawat. Upacara ini dilakukan oleh orang yang memiliki hajad dengan tujuan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa agar upacara pernikahan yang digelar berjalan dengan lancar. Salah satu ciri khas dari sajen ini adalah jumlah setiap sajen yang dibuat ganjil, bisa 5, 7, atau 9.  Sajen terdiri dari beberapa benda seperti ketan, apem, jenang/bubur, nasi golong atau nasi yang dibentuk bulat-bulat sebanyak 14 buah, sayur dari bayam dan jagung muda, pecel ayam, nasi putih, lauk-pauk 7 macam, dan jajanan pasar.
5. SAJEN MIDODARENI
Ritual midodareni memiliki makna magis bagi calon pengantin wanita dalam kultur Jawa. Oleh karena itu ritual ini dilakukan dimalam hari, mengingat malam tersebut diyakini sebagai saat turunnya para bidadari ke bumi untuk menurunkan kecantikan bidadari agar wajah calon pengantin wanita tampak bersinar keesokan harinya.
Sajen untuk upacara midodareni ini meliputi: pisang raja dua sisir, seikat daun sirih, jajanan pasar , bunga setaman, nasi gurih atau nasi wuduk, ingkung ayam jantan lengkap dengan jeroannya, sambal goring, dan lalapan.
6.SAJEN AKAD NIKAH
Sesajen dalam akad nikah ini terdiri dari tunas kelapa dan tebu wulung yang dipotong-potong, pisang raja satu tangkep, kelapa yang sudah dikupas sebanyak 2 buah, benang lawe satu ikat, sebuah welat/bambu tipis, kinang atausatu set perlengkapan makan sirih, bunga setaman, ayam jantan hidup, jajanan pasar, kelapa tanpa serabut, alasnya kloso bongko, daun kluwih, daun-daunan, kain kafan setengah meter, setangkap gula kelapa, semua sajen ini diletakkan dalam satu bokor besar kemudian diletakkan di dekat tempat berlangsungnya upacara pernikahan.
7. SAJEN  SEPASARAN
Upacara ini di sebut juga dengan upacara ngunduh mantu. Sepasaran ini dilakukan setelah lima hari seusai hari pernikahan di rumah orang tua pengantin pria. Dalam acara ini disediakan sajen sepasaran yang disediakan sebelum upacara Ngunduh Mantu berlangsung.
Sajen sepasaran ini meliputi: macam-macam jenang/bubur paling sedikit tiga macam, jajanan pasar yang diletakkan dalam satu tampah besar, dan nasi urap dengan berbagai macam lauk-pauk.

Sesajen ini merupakan salah satu dari keberagaaman budaya di Indonesia yang harus kita lestarikan, agar terus bertahan sampai generasi yang selanjutnya dan mampu menjadi daya tarik wisatawan. 

Oleh: Kafiatul Maria Sinta/1888201006/Universitas Nahdlatul Ulama Blitar/ Pendidikan Bahasa Indonesia/ Tugas mata kuliah Sastra Daerah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CERITA RAKYAT BLITAR: SESAJEN DALAM TRADISI PERNIKAHAN

Minggu, 13 Oktober 2019 SASTRA DAERAH https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTdlpq1AIy9LRY7C5g1WIXNQUjmM-3nojOY1j...